Friday, April 27, 2012

Funny Thing Called Time

Time is a funny thing..hah..
One minute you feel like you're on solid ground,
that you are sure it will hold you
But just like a tsunami, it wipes you out the next second.
And like an earthquake, it shakes you till you loose your ground the next minute.

...and you look around, when time has past but not that further down,
but everything around you is not so solid any more.
It's not as steady as you think,
and you are left to pick up the pieces.
To start all over again, hoping that time will refresh the ground.
Hoping that once again, you will have faith on solid ground.


City Light

"Gw suka deh pemandangan dari kamar lo, bagus, kliatan city light"

"Iya sih bagus pemandangannya"

"Gw suka banget kelap kelip gitu...andaikan kliatan kayak gini dari kamar gw. Sebelum tidur bisa baca buku sambil liat pemandangan, kayaknya seru yah."

Setelah balik ke kamar gw, pemandangan yang di luar cuma bulan dan gedung seberang yang bangunannya kayak tin can.
Indah, tapi lebih indah lagi kalo ditambah city light kali ya.
Kayaknya memang harus ke kamar dia untuk ngeliat keindahan city light yang kelap kelip.


Beberapa bulan kemudian gw pindah ke kamar lain, di gedung lain. Dan yang lebih ga gw duga, gw dapet pemandangan city light yang selalu gw pingin. Memang yang gw liat itu ga spektakuler tapi gw suka banget, entah kenapa.

Hal favorit yang paling gw suka saat ini, matiin semua lampu kecuali lampu belajar, nyalain lilin, buka jendela dan liat lampu2 kuning-orange yang mulai muncul dari jam 21.00.
Kayaknya gw ga butuh dia lagi buat liat keindahan city light. 

Sunday, April 8, 2012

Cinta itu...

"Mama, cinta itu apa sih?"

"Ah nak, nanti kalo sudah besar juga kamu bakal tau kok."

"Tapi mama, aku pingin tau cinta itu apa"

"Menurutmu apa nak?"

"Kupu-kupu?"

"Cantik dan bisa terbang tinggi, ya cinta itu seperti kupu-kupu."

"Mawar merah?"

"Wangi dan indah, ya cinta itu seperti mawar merah."

"Matahari?"

"Cerah dan memberikan kehangatan, ya cinta itu seperti matahari."

"Bantal gulingku!"

"Nyaman dan enak untuk dipeluk, ya cinta itu seperti bantal gulingmu."

"Berarti cinta itu di sekeliling kita donk ma?"

"Iya bener nak"

"Berarti semua yang indah-indah dan bagus-bagus donk ma?"

"Ga juga nak."

"Maksud mama....?"

"Mawar memang indah, tapi harus hati-hati dengan durinya. Matahari memang cerah dan memberi kehangatan, tapi kadang terlalu panas dan jadi tidak nyaman. Kupu-kupu memang indah saat ada di depan mata kita, tapi kadang kita harus menunggu lama untuk melihat kupu-kupu itu. Bantal gulingmu memang nyaman tapi tidak selamanya kamu tidur kan sayang?"

"Ah mama, aku ga paham, udahlah aku tunggu aja kayak kata mama tadi"

"Suatu saat nanti kamu juga bakal ngerti kok nak!"

Saturday, April 7, 2012

Anak Pendeta: Sebuah Renungan

(Hampir) semua orang tau bokap gw adalah seorang pendeta. Yup, tau kan pendeta, yang khotbah di depan mimbar, yang baptis orang, yang doain orang, yang hafal (hampir) semua ayat-ayat Alkitab. Ya itu dia.

Sejak kecil, gw uda dicap sebagai anak pendeta (yaiyalah...!). Gimana rasanya jadi anak pendeta? Gw yakin, gw bukan satu2nya anak pendeta, tapi gw ga yakin kalo semua anak pendeta merasakan apa yang gw rasakan.   

Ga boleh nakal, kamu kan anak pendeta. Sering banget tuh kata2 keluar, terutama guru SD gw. Selalu aja kalo gw nakal, cerewet, ngejailin temen, kalimat ampuhnya adalah itu. Pertanyaan yang sering muncul di pikiran gw: "emang kalo bokap gw pendeta, gw ga boleh nakal ya?". Aneh banget kelakuan anak kecil kok dihubung2in sama kerjaan bokapnya, gw yakin bokap gw pas kecil jg jail, nakal...padahal calon pendeta loh!

Brarti kamu hafal ayat2 alkitab donk. Bukan berarti gw pakar dalam theologi dan hal2 yang berhubungan dengan agama Kristen. Dan ga, gw ga hafal Alkitab dan ya, gw jg kadang punya pertanyaan2 yang mungkin juga dipikirin orang2 yang bukan anak pendeta. Normal lah, yang belajar theologi kan bokap gw, bukan gw.

Pasti Natal, Paskah perayaan kesukaan lo. Justru kebalikan. Di saat orang2 pada libur keluarga, bokap gw musti kerja. Apalagi kalo Natal, khotbah setiap kebaktian begitu juga Paskah. Alhasil, gw cuma dapet capeknya doank. Pernah suatu saat gw merasa Natal, Paskah dan perayaan lainnya cuma hal biasa, ga spesial2 amat. Tapi gw sadar, justru itulah indahnya keluarga pendeta, gw menganggap kita bisa merayakan hari2 spesial ini dengan pelayanan. It took a while for me to realise it :)

Kalo ada masalah tinggal konsultasi ama bokap donk. Ummm, ga juga sih. Punya bokap pendeta bukan berarti gw dapet akses 24/7 konsultasi spiritual dan rohani secara gratis, bukan berarti semua teguran dan nasehat adalah bibliah (itu kata bukan sih?!). Tetep aja nasehatnya tuh "normal2" aja, bukan tipe yang "Agata, kamu ga boleh xxxx karena dalam Alkitab Yohanes ayat xxx mengatakan xxxx" - aneh juga mikir bokap gw ngasi nasehat begitu haha.

Tapi jadi anak pendeta, itu asik kok. Ga ada yang spesial juga sih jadi anak pendeta. Gw lebih suka berpikir kalo kita ini hanya keluarga normal dengan masalah2 normal yang dihadapin dengan keluarga2 normal lainnya. Ya, gereja emang udah bagian dari gw dan gw ga bisa lepas juga. Tapi, tetep aja gw paling ga suka kalo orang mengkorelasikan kelakuan gw dengan pekerjaan bokap gw. Sekali lagi, yang belajar theologi, yang jadi pendeta bukan gw, tapi bokap gw. Tapi gw akuin, gw seneng banget diskusi yang berbau theologi ama bokap, diskusi tentang hal yang positif maupun negatif. Mengungkapkan kekeselan gw tentang gereja ato hal2 berbau agama juga uda sering dia dengerin dan ditanggepin dengan sudut pandang yang kadang bikin gw kaget. Eh tapi jangan salah ya, walo bokap gw yang pendeta, kadang di rumah mama gw yang lebih kayak pendeta loh. I think she would've made a fantastic female priest! Amen! haha!

Sekian sepintas curhat anak pendeta. Ada yang anak pendeta juga di luar sana?

Thursday, April 5, 2012

#1 - I Once Knew...

...the "100% waterproof, windproof, any kind of proof" boots. 

My Boot Theorem is not made up. I have lived long enough in this world to be able to know/see/experience those boots mentioned. And trust me, the process of knowing/seeing/experiencing these boots was somehow bitter-sweet. For sure, they made me understand and avoid unpleasant boots of life.

This first type of boots was probably my most hated kind during my teenage years. I was naive enough to be convinced with their promises, and as the young and stupid teenager I was, I certainly fell for it. Though, I considered myself lucky to find out the truth of those false promises fast enough. The feeling of dumping these kinds, was the best feeling in the world and yet they are the never-give-up kind too as they seem to linger on you for quite sometimes with again more promises. Of course, being the person that I was/am, I never trust again those who deceit me. Saying NO once or twice or maybe a dozen times just weren't enough to push them away. Obviously with my consistency, sharp comments and glares, they finally move away.

Looking back, I'm glad I met these kinds. They are so see-through, no mystery and I most certainly can spot these boots within miles. In fact, all they need is one sentence coming from their mouth, and all is revealed. How shallow. And when I came across news on these boots during my university years, all I could do was grin and a gush of relieve came over me.